Sama halnya dengan beberapa daerah lain di Indonesia, Sumatera Barat juga memiliki beberapa minuman jenis tuak tradisional yang cukup populer di masyarakat.
Tuak juga menjadi bagian tidak terpisahkan dari kebudayaan masyarakat, seperti dipercaya untuk menjaga stamina dan juga digunakan saat acara khusus.
Walaupun mengandung alkohol dan berpotensi memabukkan, Tuak juga dipercaya mampu menjadi obat alternatif penyakit seperti asam urat dan lainnya.
Lalu bagaimana sejarah dan jenis tuak apa saja yang ada di Sumatera Barat, berikut adalah ulasan menariknya dari West Sumatra 360,
Sejarah Tuak di Sumatera Barat
Sejarah minuman tuak di Sumatera Barat dipercaya telah ada dan berkembang bahkan jauh sebelum masa kolonial Belanda.
Persebaran tuak bukan hanya di Sumatra Barat saja tetapi juga merata ke beberapa daerah di Indonesia seperti Bali, Kalimantan, Sumatra Utara dan lainnya.
Penggunaan nira pohon aren atau kelapa untuk membuat minuman beralkohol ternyata sudah lama menjadi praktik di kalangan masyarakat Sumatra Barat.
Nira yang dipanen dari pohon aren atau kelapa kemudian difermentasi untuk menghasilkan minuman putih pekat yang disebut dengan tuak.
Bahkan pada awalnya, tuak dimanfaatkan sebagai minuman yang memiliki nilai sosial dan untuk obat tradisional.
Tuak murni dahulunya dipercayai mampu menyembuhkan asam urat, badan letih, menenangkan stres dan sebagainya.
Jenis Tuak Yang Ada di Sumatera Barat
Tuak terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan bahan bakunya. Berikut adalah perbedaan mendasar antara ketiganya:
1. Tuak Aren
Tuak Aren, terbuat dari air nira pohon aren yang difermentasi. Biasanya memiliki cita rasa sedikit manis dengan dan aroma khas dari nira aren.
Warna tuak aren cenderung kecoklatan. Tuak aren sering kali menjadi minuman tradisional dalam berbagai acara pesta di daerah-daerah penghasil pohon aren.
2. Tuak Kelapa
Tuak Kelapa dibuat dari air nira kelapa yang difermentasi. Memiliki rasa yang lebih segar dengan sentuhan manis dari nira kelapa.
Aroma tuak kelapa cenderung lebih ringan dan segar dibandingkan dengan tuak aren.
Di sumbar tuak kelapa lebih banyak diproduksi, karena memang lebih mudah untuk menemukan kelapa dibandingkan pohon aren yang biasanya berada di daerah perbukitan.
Baca Juga 6 Tempat Minum Kopi Kawa Daun di Kabupaten Tanah Datar
3. Tuak Beras
Dibuat dari fermentasi beras ketan atau beras yang telah direndam dalam air, lalu dibiarkan untuk menngalami proses fermentasi.
Rasa tuak beras cenderung lebih tajam dengan sedikit rasa asam dan aroma yang unik dari proses fermentasi beras.
Meskipun tidak sepopuler tuak aren atau tuak kelapa, tuak beras masih menjadi minuman tradisional yang disajikan sebagai minuman tuak di beberapa tempat.
Proses Pembuatan Tuak
Diantara ketiga jenis tuak diatas, yang sangat populer di Sumatera Barat adalah jenis tuak nira dengan citarasa yang khas.
Proses pembuatan tuak dimulai dengan pemanenan nira dari pohon aren atau kelapa.
Nira tersebut kemudian dibiarkan dalam wadah tertutup untuk mengalami fermentasi alami.
Proses fermentasi inilah yang mengubah gula dalam nira menjadi alkohol.
Lama fermentasi dapat bervariasi tergantung pada keinginan pembuat dan kondisi lingkungan. Setelah proses fermentasi selesai, tuak siap untuk dikonsumsi.
Biasanya, tuak disajikan dalam wadah tradisional seperti tempayan atau jerigen yang dilobangi karena besarnya kandungan gas yang ada pada air nira.
Terdapat dua proses utama yaitu proses penyiapan dan proses panen, dimana proses penyiapan adalah proses dimana bunga Nira/Bunga pohon kelapa yang muda harus dipukul-pukul atau dipijat.
Hal ini bertujuan agar bunganya menjadi lentur yang nantinya bisa menghasilkan Sari yang banyak dan juga bagus.
Kemudian batang bunga nira dipotong dan nanti akan keluar sari nira dari bekas potonganya, yang ditampung dalam wadah yang telah disediakan.
Dalam wadah tersebut nanti akan ditaruh serabut kelapa serabut kelapa guna membantu proses fermentasi.
Tidak hanya itu serabut kelapa juga berfungsi memberikan cita rasa aroma serta warna yang bagus untuk tuak nantinya satu pohon Nira.
Untuk fermentasi bisa juga di campur dengan campuran kayu gaharu, untuk menambahkan rasa pahit pada tuak dan juga aroma tuak.
Minuman tuak biasanya dinikmati dalam jangka waktu 24 jam setelah di fermentasi karen ajika terlalu lama maka akan membahayakan bagi kesehatan.
Dengan keberagaman bahan dasar dan karakteristik rasa yang unik, minuman tuak menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan budaya dan tradisi yang ada di Sumatera Barat.
Walaupun begitu karena minuman ini mengandung alkohol dan dapat memabukkan maka kebijakan para peminum juga harus menjadi perhatian.
Editor: Nanda Bismar