Masyarakat Sumatera Barat memiliki beberapa tradisi yang unik dan terkadang hanya digelar ketika menyambut bulan suci Ramadhan.
Dengan populasi mayoritas beragama islam, tidak heran jika bulan Ramadhan adalah salah satu moment yang paling ditunggu oleh masyarakat.
Hal ini juga sejalan dengan falsafah adat orang Minangkabau yang mengatakan bahwa “adaik basandi syarak, syarak basandi kitabullah”.
Dimana artinya adalah adat berlandaskan pada syariat agama dan syariat agama berlandaskan pada Alquran.
Tradisi menyambut Ramadhan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Minang, yang hingga kini diwariskan secara turun-temurun.
Nah, berikut adalah enam tradisi yang unik dan menarik dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan di Sumatera Barat,
1. Malamang
Tradisi Malamang merupakan bagian tak terpisahkan dari warisan budaya Minangkabau, terutama di Kabupaten Padang Pariaman.
Tradisi ini menggunakan metode memasak lamang (lemang) dengan bambu dan bara api secara bersama-sama.
Puncak semaraknya tradisi Malamang terutama terjadi pada perayaan-perayaan besar dalam agama Islam, seperti menjelang bulan Ramadan, hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.
Dalam setiap perayaan, Malamang menjadi pusat perhatian dan menjadi momentum bagi masyarakat untuk berkumpul bersama, saling bertukar cerita, serta menikmati hidangan lezat yang disiapkan.
Keberadaannya tidak hanya sebagai tradisi, tetapi juga sebagai sarana mempererat ikatan sosial antar warga.
Melalui tradisi Malamang, tercipta ruang bagi generasi muda untuk belajar tentang nilai-nilai budaya dan tradisi leluhurnya, serta merasakan kehangatan dan kebersamaan.
Malamang menjadi salah satu tradisi menyambut bulan suci Ramadhan bagi masyarakat Minangkabau khususnya Padang Pariaman.
2. Balimau
Tradisi mandi balimau menjadi bagian penting dalam budaya masyarakat Minangkabau sebagai persiapan menjelang bulan Ramadan.
Pada petang menjelang bulan suci tersebut, masyarakat bersama-sama menuju sungai atau tempat pemandian untuk membersihkan diri.
Disebut sebagai tradisi balimau karena penggunaan jeruk nipis dalam prosesi mandi, sehingga menjadi ciri khas yang unik.
Jeruk nipis sebagai alternatif yang efektif dalam membersihkan kotoran dan minyak di tubuh.
Tradisi balimau sendiri merupakan warisan turun-temurun yang telah berlangsung selama berabad-abad di kalangan masyarakat Minangkabau.
Selain aspek kebersihan lahiriah, balimau juga memiliki makna spiritual dalam menyucikan diri sebelum memasuki bulan Ramadan, sesuai ajaran agama Islam.
3. Mambarasiahan Pusaro
Tradisi berziarah ke kuburan atau mambarasiahan pusaro telah menjadi praktik yang melekat dalam budaya umat Islam.
Di Minangkabau, kegiatan ini bukan sekadar rutinitas tahunan, melainkan sebuah tradisi yang diwariskan secara turun-temurun.
Setiap tahun, masyarakat berkumpul untuk mengunjungi kuburan keluarga, menghabiskan waktu bersama membersihkan makam anggota keluarga, dan berdoa bersama.
Namun, yang membuat tradisi ini begitu istimewa adalah kekompakan dalam melakukan mandoa, doa bersama, yang terjadi tidak hanya di antara anggota keluarga tetapi juga dengan seluruh desa atau kampung.
Sehari sebelum bulan Ramadhan, suasana di berbagai tempat di Sumatera Barat semakin kental dengan semangat kebersamaan.
Dalam kesederhanaannya, tradisi ini membawa makna yang dalam, memperkokoh hubungan antaranggota keluarga dan antarwarga.
Baca Juga Tujuh Hidangan Ramadhan Khas Sumatera Barat
4. Manjalang Mintuo
Manjalang Mintuo merujuk pada kunjungan istri kepada orang tua suaminya yang kerap dilakukan menjelang bulan puasa datang.
Ini bukan sekadar kunjungan biasa, tetapi disertai dengan membawa sejumlah hidangan khas.
Tujuan dari tradisi ini adalah untuk mempertahankan tradisi serta menjaga harmoni antara kedua belah pihak dalam keluarga.
Tradisi ini sering dilakukan pada momen-momen penting seperti Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha, menambah nilai sakral dan kebersamaan dalam momen-momen tersebut.
Video Manjalang Mintuo disini
Manjalang Mintuo bukan hanya sekadar kunjungan formal, melainkan juga simbol keakraban antara keluarga laki-laki dan perempuan dalam budaya Minangkabau.
Ketika melakukan Manjalang Mintuo, tidak hanya sang menantu yang hadir, tetapi juga didampingi oleh kedua orang tua dan kerabat dekat lainnya.
Dalam manjalang mintuo juga membawa buah tangan makanan berupa lamang atau yang lainnya sesuai dengan daerah masing-masing.
5. Marandang
Masyarakat Sumatera Barat memiliki tradisi khas dalam menyambut bulan Ramadan, yaitu memasak rendang atau dikenal dengan istilah marandang.
Rendang adalah sajian istimewa yang dipersiapkan dengan cermat, menggunakan bahan-bahan yang kaya akan rempah-rempah.
Keunikan rendang tidak hanya terletak pada cita rasanya yang lezat, tetapi juga pada sifatnya yang dapat bertahan lama tanpa perlu pengawet buatan.
Tradisi memasak rendang tidak hanya menjadi bagian dari persiapan menyambut bulan Ramadan, tetapi juga merupakan simbol kekayaan budaya dan kuliner masyarakat Sumatera Barat.
Marandang sudah menjadi bagian yang selalu dilakukan untuk mempersiapkan menyambut Ramadhan atau Idul Adha, demi memeriahkan ibadah dengan menikmati kuliner yang lezat.
6. Maapam
Kabupaten Pasaman Barat memiliki tradisi unik dalam menyambut bulan Rajab atau sebelum Ramadhan.
Ma Apam dilakukan pada bulan Rajab yang dikenal sebagai bulan Kanak-kanak.
Proses Ma Apam melibatkan pembuatan makanan tradisional berbentuk bulat besar dari tepung beras, tanpa proses penggorengan.
Bentuk bulat besar ini diyakini sebagai simbol perlindungan bagi anak-anak yang telah meninggal dunia.
Yang membuat Ma Apam menonjol adalah kesatuan dalam proses pembuatannya, dimulai dari persiapan hingga penghidangan.
Seluruh tahapan pembuatan menjadi satu kesatuan dalam pelaksanaan Ma Apam.
Setiap tahap, mulai dari persiapan bahan, pelaksanaan, hingga penyajian, dilakukan dengan penuh kehati-hatian.
Di pariaman Apam dikenal dengan sebutan sambareh. Bentuknya mirip seperti kuliner serabi tetapi dengan cara memasak dan cita rasa yang berbeda.
Demikianlah beberapa tradisi yang masih eksis hingga saat ini di Sumatera Barat dalam rangka menyambut bulan Ramadhan.
Tradisi-tradisi diatas bukan hanya sekedar seremonial namun juga memiliki makna yang dalam, seperti kebersamaan dan gotong royong.
Menyambut bulan yang suci dengan bersuka cita untuk Ramadhan yang lebih baik
Editor: Nanda Bismar