Minangkabau identik dengan banyak karya seni dan budaya yang terkenal dan masih terjaga hingga saat ini.
Salah satunya adalah seni ukir yang menjalar indah pada bangunan-bangunan ikonik seperti Rumah Gadang, Rangkiang, Masjid/Surau, Balai Adat dan lainnya.
Motif seni ukir di Minangkabau juga beragam, umumnya berasal atau terinspirasi dari bentuk flora dan fauna sekitar.
Hal ini sesuai dengan salah satu motto orang Minang yaitu “alam takambang jadi guru”.
Ornamen-ornamen indah yang menghiasi Rumah Gadang dan bangunan tradisional memiliki peran penting.
Tidak hanya sebagai karya seni namun juga sebagai bahasa visual sarat akan makna.
Seni ukir tradisional Minangkabau ini bukan hanya sekedar hiasan, tetapi juga memiliki makna dan sejarah yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Minang.
Berikut adalah beberapa motif ukiran yang populer di Minangkabau,
[tp_cheapest_flights_shortcodes currency=”USD” origin=”DXB” destination=”JKT”]
1. Motif Kaluak Paku
Motif ukiran ikonik yang pertama adalah Kaluak Paku, yang terinsipirasi dari bentuk tumbuhan sejenis paku/pakis yang hidup di alam liar.
Kaluak Paku tergolong ukiran yang cukup rumit karena harus membentuk tumbuhan paku ditambah dengan daun tunas muda yang seolah menggulung ke dalam.
Secara harfiahnya dalam kebudayaan Minangkabau, motif kaluak paku memiliki makna tanggung jawab seorang laki-laki di Minangkabau.
Baca Juga Kain Songket: Karya Indah Pengrajin Sumatera Barat
Selain sebagai sosok orang tua bagi anaknya, laki-laki di Minangkabau juga merupakan seorang mamak bagi kemenakan, serta seorang pemimpin bagi kaumnya.
Aplikasi motif kaluak paku biasanya dapat ditemui pada bangunan rumah gadang, seperti tiang, ukiran dinding dan sebagainya.
2. Motif Itiak Pulang Patang
Motif Itiak Pulang Patang (Itik Pulang Petang) merupakan gambaran ukiran segerombolan itik yang berjalan menyusuri pematang sawah dan berbaris rapi untuk balik ke kandang.
Seekor itik digambarkan berperan sebagai pemimpin dalam barisan diikuti dengan kawanan itik lainya.
Motif yang satu ini pada Rumah Gadang biasanya berada pada Paso-paso, tangan-tangan tangga, pengapit, les plank dan tepi ukiran besar.
Dalam motif ukiran yang satu ini menggambarkan tentang keselarasan, keharmonisan, keteraturan, ketertiban, disiplin dan kesatuan yang kokoh dalam masyarakat Minangkabau.
3. Motif Pucuak Rabuang
Motif Pucuak Rabuang terinspirasi dari tumbuhan bambu yang sangat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat sehari-hari, dan hampir semua bagiannya dapat dimanfaatkan.
Misalnya untuk bahan makanan, diambil bambu mudanya yang diolah menjadi gulai rebung.
Batangnya bisa digunakan untuk pagar atau pelapis dinding pada bangunan, rantingnya bisa untuk tombak dan masih banyak lainya.
Baca Juga Berbalas Pantun Pada Tradisi Batombe Nagari Abai
Sesuai dengan pepatah minang yaitu “ketek baguno, gadang tapakai” semuanya memiliki manfaat.
Pada rumah gadang motif ukiran Pucuak Rabuang biasanya mengisi bidang kecil, ditempatkan pada penutup ukiran besar, pada les plank dan les ukiran.
Motif Pucuak Rabuang menggambarkan masyarakat Minangkabau yang dinamis dan teratur dalam kehidupan sehari-hari.
4. Motif Saik Ajik
Motif Saik Ajik (sayatan/potongan ajik) merupakan motif yang terinspirasi dari bentuk potongan makanan khas Minangkabau yaitu Ajik dan Galamai.
Ajik dan Galamai biasanya disajikan dalam bentuk irisan yang rapi seperti belah ketupat atau jajar genjang.
Ukiran bermotif ini memiliki makna atau anjuran bahwa dalam melakukan sesuatu harus berhati-hati termasuk dalam menyikapi persoalan.
Motif ukiran ini merupakan implikasi dari Kato Nan Ampek yang sangat di pegang oleh kultur masyarakat Minangkabau.
Biasanya ukiran ini pada rumah gadang diterapkan pada les plang, mengisi bidang kecil dan hiasan benda/peralatan lain, misalnya sarung senjata tradisional.
5. Motif Siriah Gadang
Motif Siriah Gadang terinspirasi dari tumbuhan sirih yang merambat dengan beragam manfaat.
Sehingga memiliki makna yang sangat besar dalam kehidupan masyarakat Minangkabau.
Siriah biasanya digunakan sebagai bahan obat-obatan, termasuk dalam prosesi adat minang.
Penyajian siriah biasanya untuk penghormatan kepada tamu atau juga sebagai pembuka kata (pambukak kato) dalam pembicaraan.
Motif ukiran ini menggambarkan tentang kegembiraan, persahabatan dan keterikatan masyarakat Minang yang bersatu.
Analoginya menunjukkan nilai-nilai kerjasama dan kinerja yang baik dalam solidaritas yang kuat di kehidupan bermasyarakat/kelompok.
Motif siriah gadang juga kerap ditemukan pada bidang besar pada bagian tertentu dalam bangunan Rumah Gadang Minangkabau.
6. Motif Aka Cino Saganggang
Motif Aka Cino Saganggang atau Akar Cina Setangkai terinspirasi dari tumbuhan semak yang menjalar panjang dan rimbun.
Menjalar panjang yang disebut sebagai aka cino, yang menjalar panjang dan kokoh.
Motif ukiran ini memiliki makna yang melambangkan perantau minang yang kuat, ulet dan gigih dalam menjalani kehidupan di perantauan.
Ukiran Aka Cino di rumah gadang biasanya ditempatkan pada pintu, bagian lambai-lambai dan gerabah.
Demikianlah motif ukiran yang sangat populer menghiasi berbagai bangunan dan ornament lain di Minangkabau.
Tidak hanya identik dengan bangunan rumah gadang, namun juga pada perkakas lain seperti kursi, meja, lemari dan lainnya.
Mengetahui makna dan sejarah dari seni ukir dapat menjadi salah satu wujud kepedulian terhadap kekayaan seni budaya Minangkabau dan sebagai penambah pengetahuan masa kini. Ikuti terus West Sumatra 360 ya, untuk informasi menarik lainnya!