Dalam hamparan keindahan alamnya yang memukau, Sumatera Barat tidak hanya dikenal sebagai destinasi wisata yang menakjubkan.
Tetapi juga sebagai rumah bagi beragam tradisi dan budaya yang kaya akan kearifan lokal.
Salah satu tradisi yang begitu terkenal dan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas Sumatera Barat adalah Basapa.
Basapa merupakan suatu tradisi unik yang telah turun temurun dan masih eksis hingga saat ini di Kabupaten Padang Pariaman.
Makna Basapa
Tradisi Basapa atau dalam bahasa Indonesia disebut bersafar ialah aktivitas berziarah yang dilakukan oleh masyarakat muslim di kompleks makam Syekh Burhanudin.
Dinamakan basapa karena tradisi ini dilaksanakan pada bulan Safar setiap tahunnya dan bertepatan dengan meninggalnya Syekh Burhanudin yang jatuh pada hari Rabu 10 Syafar tahun 1116 Hijriah atau 1704 Masehi di Ulakan Tapakis, Padang Pariaman.
Tradisi yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Pariaman, dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih kepada Syekh Burhanudin, atas keberhasilan beliau mengembangkan ajaran islam di Minangkabau.
Dalam bahasa sakral para jamaah penziarah dan murid-murid dari Tuanku Syekh Burhanudin di Minangkabau basapa yaitu Taragak Guru dengan Guru yang Hidup, Rumah Tanggo Dijalang, Suraunyo Ditingkek, Khalifahnyo yang dicari.
Maknanya ialah menziarahi guru yang sudah meninggal dunia dan menziarahi guru yang masih hidup stelah Tuanku Syekh Burhanudin
Pelaksanaan upacara Basapa dilakukan dua kali, yaitu Sapa Gadang dan Sapa Ketek. Sapa Gadang adalah upacara Basapa pertama yang dilakukan setelah tanggal 10 di bulan Safar.
Dinamakan dengan Sapa Gadang, karena diperuntukkan untuk masyarakat berasal dari daerah Darek.
Sapa Ketek dilaksanakan pada minggu ke-2 setelah sapa gadang. Pada sapa ketek pengunjung lebih ramai daripada sapa gadang, karena umumnya pengunjung berasal dari daerah Pariaman.
Karena itu, disebut dengan sapa ketek, sebab hanya diperuntukkan untuk masyarakat Pariaman tetapi tidak tertutup kemungkinan bagi masyarakat dari darek, sehingga penziarah lebih ramai daripada sapa gadang.
Prosesi Basapa
1. Memasuki komplek makam Syekh Burhanudin
Tradisi basapa dimulai pada pagi hari di tanggal 10 Safar, selama tradisi basapa dilaksanakan.
Penziarah diwajibkan memakai pakaian yang sopan seperti baju tertutup, kain sarung, celana panjang, peci dan bagi perempuan diwajibkan untuk memakai pakaian yang menutup aurat.
Penziarah yang datang akan memasuki gerbang utama makan Syekh Burhanudin. Di depan gerbang disediakan kotak untuk bersedekah bagi penziarah.
Selanjutnya penziarah duduk mengambil posisi dengan menghadap kiblat menunggu giliran masuk ke makam Syekh Burhanudin.
Saat masuk ke dalam makam, penziarah membawa makanan dan minuman serta barang-barang yang akan diletakkan di atas makam Syekh Burhanudin.
Baca Juga Tradisi Mandoa, Menyatukan Budaya dan Agama di Minangkabau
2. Berdoa
Setelah memasuki makan Syekh Burhanuddin, selanjutnya penziarah berdoa bersama yang dipimpin oleh imam atau khatib makam.
Yang mana doa tersebut sesuai dengan tujuan masing-masing penziarah seperti meminta keselamatan dalam hidup, kelancaran segala urusan, keberkahan dalam hidup.
Selesai berdoa penziarah memasukkan uang kedalam kotak besar berwarna emas yang ada di dalam makam dengan tujuan mengungkapkan rasa terimakasih dan syukur kepada Syekh Burhanudin.
3. Keluar dari makam
Setelah semua prosesi selesai, penziarah akan keluar pagar pembatas makam sambil membawa makanan dan minuman serta barang-barang.
Menariknya, di luar pagar pembatas makam tersebut beberapa anak-anak kecil telah menunggu penziarah, memberikan sedekah berupa uang ataupun makanan kepada anak-anak tersebut.
4. Berzikir dan shalat sunnah
Penziarah duduk kembali ke tempat semula untuk berzikir dan sholat sunnah hingga waktu shalat zuhur tiba.
Setelah selesai melaksanakan shalat zuhur berjamaah pemangku adat dan penziarah makan siang bersama.
Acara berlanjut, setelah makan siang akan dilanjutkan dengan berzikir bersama yang dipimpin oleh pemangku adat hingga menjelang waktu ibadah shalat magrib masuk.
Baca Juga Mengenal Lebih Dekat Tradisi Tabuik Khas Pariaman
5. Tadarus, cerita hidup Syekh Burhanudin, dan belajar tarekat syattariah
Kegiatan selanjutnya ialah berdoa, tadarus, dan shalawat bersama yang dipimpin oleh pemangku adat.
Setelahnya pemangku adat akan menceritakan kisah hidup Syekh Burhanudin semasa hidupnya dan menyampaikan isi ajaran tarekat syattariah agar penziarah tidak melupakan ajaran tersebut. Terakhir adalah zikir bersama hingga terbitnya matahari.
6. Aktivitas lainnya
Terdapat aktivitas tambahan disela-sela prosesi basapa berlangsung seperti mandi dengan air sumur yang berada dalam komplek makam yang dipercaya masyarakat dapat menghilangkan segala macam penyakit.
Menyapukan air kimo yaitu air yang berada di dalam kerang-kerang besar yang terletak di atas makam alim ulama juga dipercaya dapat menghilangkan rasa pusing, serta meredakan rasa batuk dan panas ditubuh jika meminum airnya.
Menyiram batu hampa dengan tujuan jika memiliki suatu keraguan dalam hidup dengan menyiram batu ampa rasa keraguan itu terjawab jika melihat jejak darah Syekh Burhanudin berarti pilihan tersebut benar dan begitu sebaliknya.
Selain itu, juga terdapat kepercayaan lain seperti mengambil pasir makam dipercaya dapat menghilangkan hama perkebunan maupun di sawah.
Bagian akhir tradisi basapa, penziarah bersedekah kembali dengan memasukkan uang ke dalam kotak yang ada di bagian pagar arah keluar komplek.
Tradisi Basapa tidak hanya menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Sumatera Barat khususnya masyarakat Padang Pariaman, tetapi juga menjadi simbol dari kekayaan budaya Indonesia yang beragam.
Dengan memahami nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi Basapa, atau mengetahui seluk beluknya berarti menjadi bagian dari menjaga kearifan lokal Sumatera Barat.
Tradisi Basapa juga bermakna menjalin konektivitas yang kuat antara masa lalu dan masa sekarang.
Nantikan eksplorasi tradisi dan budaya Sumatera Barat lainnya di West Sumatera 360 ya!