Tupai Janjang merupakan salah satu bentuk sastra lisan yang berasal dari Minangkabau, tepatnya dari Nagari Piladang, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam.
Tradisi ini merupakan bagian dari kekayaan budaya Minangkabau yang dikenal sebagai “bakaba,” yaitu tradisi bercerita oleh pendongeng tradisional.
Namun, yang membuat Tupai Janjang unik adalah cara pertunjukkannya yang memadukan cerita, tarian, dan peragaan watak tokoh cerita oleh sang pendongeng.
Berikut adalah ulasan menarik mengenai tradisi tupai janjang dari West Sumatra 360,
Kisah di Balik Tupai Janjang
Cerita Tupai Janjang mengisahkan tentang seorang ibu yang telah lama merindukan kehadiran seorang anak.
Suatu hari, harapan itu terwujud ketika ia hamil dan melahirkan seorang anak yang sangat didamba dan dimanja oleh kedua orang tuanya.
Namun, kebahagiaan itu berubah menjadi tantangan ketika sang anak menunjukkan perilaku seperti seekor tupai: melompat ke sana kemari dan merusak tanaman orang di ladang.
Cerita dibalik kisah tersebut yang akhirnya menjadi pusat dari setiap pertunjukan Tupai Janjang.
Menggambarkan konflik antara harapan dan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari.

Penampilan Yang Unik dan Menarik
Penampilan Tupai Janjang dilakukan secara solo oleh seorang pendongeng pria yang tidak hanya bercerita tetapi berlaku sebagai tokoh secara langsung.
Hal ini membuat setiap pertunjukan menjadi sangat dinamis dan penuh ekspresi, dengan tingkah laku sang pendongeng.
Pendongeng tidak diiringi musik, melainkan dibantu oleh dua orang laki-laki sebagai tukang tepuk, sebagai pengganti musik.
Keunikan lain dari pertunjukan ini adalah penggunaan properti sederhana namun signifikan yaitu dua botol minuman yang diletakkan di depan tempat pendongeng.
Kedua botol minuman digunakan oleh pendongeng untuk mendukung narasi ceritanya seolah sebagai elemen visual cerita.
Baca Juga Randai: Kesenian yang Menggabungkan Seni Lagu, Tari, Drama dan Silat
Tempat dan Waktu Pementasan
Tupai Janjang biasanya dipentaskan di tempat-tempat lapang seperti beranda rumah, halaman, atau lapangan terbuka.
Tradisi ini sering kali menjadi bagian dari upacara adat, dan pementasannya dilakukan pada malam hari, setelah shalat Isya hingga menjelang Subuh.
Meskipun awalnya pertunjukan ini sering diadakan di surau, tempat ibadah tersebut kemudian tidak lagi digunakan untuk pementasan.
Karena, sifat hiburan dari Tupai Janjang dianggap tidak sesuai dengan fungsi surau sebagai tempat ibadah.
Peran Sosial dan Edukatif
Selain sebagai hiburan, Tupai Janjang juga memiliki peran penting dalam kehidupan sosial dan pendidikan masyarakat di Minangkabau.
Pertunjukan ini sering dimainkan saat alek nagari, yaitu perayaan atau acara adat di tingkat nagari (desa).
Tujuan dari pertunjukan adalah untuk menghibur masyarakat dan sekaligus sebagai media pendidikan.
Melalui cerita yang dibawakan, pendongeng tidak hanya menghibur tetapi juga menyampaikan nilai-nilai moral dan pelajaran hidup kepada penonton.

Pelestarian Tradisi di Era Modern
Di era modern seperti saat sekarang pelestarian tradisi seperti Tupai Janjang menjadi tantangan tersendiri.
Globalisasi dan modernisasi sering kali membuat generasi muda kurang tertarik pada seni dan tradisi lokal.
Namun, berbagai upaya telah dilakukan untuk mempertahankan dan memperkenalkan Tupai Janjang kepada generasi baru.
Misalnya, melalui festival budaya, pementasan langsung di sekolah-sekolah, dan penggunaan media sosial untuk menyebarkan informasi tentang tradisi ini.
Tupai Janjang adalah salah satu bentuk kekayaan budaya Minangkabau yang tida hanya menawarkan hiburan tetapi juga mengandung nilai-nilai edukatif.
Dengan kombinasi antara cerita, tarian, dan peragaan tokoh, tradisi ini menghadirkan pengalaman yang unik dan menarik bagi penontonnya.
Tonton Kesenian Tupai janjang disini.
Meskipun menghadapi tantangan di era modern, dengan upaya pelestarian yang tepat, Tupai Janjang dapat terus hidup dan menjadi bagian penting dari identitas budaya Minangkabau.
Sehingga pada tahun 2023 lalu, Tupai Janjang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaa Riset dan Teknologi sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia.
Dengan demikian, Tupai Janjang tidak hanya akan menjadi cerita yang diceritakan dari satu generasi ke generasi berikutnya, tetapi juga menjadi saksi hidup dari kekayaan budaya Minangkabau yang terus berkembang.
Bagaimana? Menarik bukan? Ikuti terus kami untuk informasi budaya dan sejarah lainnya seputar Sumatera Barat hanya di West Sumatra 360!
Kamu juga bisa meninggalkan jejak di kolom komentar tentang hal yang ingin dibahas dan ingin diketahui secara lebih mendalam seputar Sumatera Barat.
Editor: Nanda Bismar