Close Menu

    Subscribe to Updates

    Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

    What's Hot

    5 Rekomendasi Penginapan Nyaman Dibawah 200rb di Kota Padang

    May 20, 2025

    Eksplorasi 7 Cagar Alam Menakjubkan di Sumatera Barat

    May 19, 2025

    Mengenal 5 Spesies Satwa Liar Sumatera Barat yang Terancam Punah

    May 19, 2025
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Facebook X (Twitter) Instagram
    West Sumatra 360
    Wednesday, May 21 Login
    • Home
      • About
      • Privacy Policy
      • UMKM
    • Culture
    • To Do
    • Food
    • Travel Tips
    West Sumatra 360
    Home»Wisata»Budaya»Kerajaan Malayu Dharmasraya: Menelusuri Jejak Kejayaan Masa Lampau di Bumi Sumatera
    Budaya

    Kerajaan Malayu Dharmasraya: Menelusuri Jejak Kejayaan Masa Lampau di Bumi Sumatera

    Novi Fani RovikaBy Novi Fani RovikaMay 3, 2025
    Share Facebook Twitter Pinterest Copy Link LinkedIn Tumblr Email Telegram WhatsApp
    Kerajaan Malayu Dharmasraya: Menelusuri Jejak Kejayaan Masa Lampau di Bumi Sumatera
    Amoghapasa Padang Roco Inscription Front National Museum Jakarta
    Share
    Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

    Kerajaan Malayu Dharmasraya merupakan salah satu kerajaan kuno yang pernah berjaya di Pulau Sumatera pada abad ke-13.

    Lokasinya diperkirakan berada di sepanjang aliran Sungai Batanghari, yang kini termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat.

    Berdiri sekitar abad ke-11 hingga abad ke-14 Masehi, kerajaan ini menjadi penerus kekuasaan Malayu setelah kemunduran Kerajaan Sriwijaya.

    Sekaligus menjadi penghubung penting dalam jalur perdagangan dan penyebaran budaya di Nusantara.

    Kemunduran Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-11 terjadi akibat adannya serangan dari Kerajaan Colamandala (Chola) dari India Selatan.

    Sekaligus membuka jalan bagi bangkitnya kekuatan-kekuatan lokal di Sumatera, salah satu kekuatan itu adalah Kerajaan Malayu Dharmasraya.

    Sejarah Singkat Kerajaan Malayu Dharmasraya

    Berdasarkan catatan sejarah dari beberapa peninggalan prasasti, Dharmasraya muncul sebagai penerus kejayaan Malayu.

    Mengambil alih peran Sriwijaya sebagai pusat perdagangan, budaya, dan kekuasaan di Sumatera bagian tengah.

    Nama “Dharmasraya” sendiri diambil dari manuskrip yang terdapat pada Prasasti Padang Roco yang tertera angka tahun 1286 M, di Jorong Sungai Langsat, Kenagarian Siguntur, Kecamatan Sitiung.

    Kerajaan Malayu Dharmasraya didirikan oleh Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa dari Dinasti Mauli pada tahun 1183 Masehi.

    Sumber utama yang menyebutkan keberadaan Dharmasraya adalah Prasasti Grahi (1183 M) di selatan Thailand, yang bertanggal 1183 Masehi.

    Prasasti ini mencatat perintah dari Raja Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa kepada bupati Grahi untuk membuat arca Buddha seberat 1 bhara 2 tula dengan nilai emas 10 tamlin.

    Pusat Kerajaan Malayu Dharmasraya disebut berada di tepi Sungai Batanghari, yang kini berada di wilayah Kabupaten Dharmasraya.

    Keberadaan kerajaan Dharmasraya juga disebut menjadi simbol kebangkitan peradaban Malayu setelah melemahnya pengaruh Kerajaan Sriwijaya.

    Prasasti Padang Roco juga memperlihatkan adanya hubungan erat antara Malayu Dharmasraya dengan kerajaan-kerajaan besar di Asia Tenggara pada masa itu, seperti Kerajaan Singhasari di Pulau Jawa.

    Situs-Situs Peninggalan Sejarah Yang Menceritakan Keberadaan Kerajaan Malayu Dharmasraya

    Beberapa situs sejarah yang menjadi saksi bisu kejayaan Kerajaan Malayu Dharmasraya yang masih bisa dijumpai hingga hari ini diantaranya adalah:

    Candi Padang Roco - Photo MuhammadKerajaan Malayu Dharmasraya: Menelusuri Jejak Kejayaan Masa Lampau di Bumi Sumatera
    Candi Padang Roco Photo Muhammad

    1.   Candi Padang Roco

    Candi Padang Roco merupakan situs bersejarah yang terdiri dari empat bangunan, dengan tiga di antaranya telah berhasil digali dan dipugar.

    Candi ini beraliran agama Buddha dan memberikan gambaran kehidupan spiritual masyarakat pada masa itu.

    Lokasinya tepatnya berada di Jorong Sungai Langsat, Kenagarian Siguntur, Kecamatan Sitiung – Kabupaten Dharmasraya.

    2.   Candi Pulau Sawah

    Situs Candi Pulau Sawah merupakan salah satu peninggalan penting dari Kerajaan Malayu Dharmasraya, yang menunjukkan kemajuan arsitektur dan keagamaan pada masa kerajaan.

    3.   Arca Amoghapasa

    Arca Amonghapasa merupakan hadiah dari Raja Kertanagara dari Kerajaan Singasari kepada Raja Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa pada tahun 1286 Masehi.

    Arca ini kemudian diletakkan di bumi Dharmasraya sebagai simbol persahabatan dan pengaruh budaya antara Jawa dan Sumatera.

    Hubungan dengan Singhasari dan Ekspedisi Pamalayu

    Salah satu peristiwa penting dalam sejarah Dharmasraya adalah keterlibatannya dalam Ekspedisi Pamalayu yang dilancarkan oleh Raja Kertanegara dari Kerajaan Singhasari pada tahun 1275.

    Ekspedisi ini bertujuan mempererat hubungan politik dan budaya antara Jawa dan Sumatera, sekaligus membendung pengaruh Mongol di kawasan Asia Tenggara.

    Pada dasarnya Dharmasraya menerima ekspedisi Singhasari dengan tangan terbuka, hal ini dibuktikan dengan catatan pada Prasasti yang terdapat di Candi Padang Roco.

    Prasasti tersebut menyebutkan, pemberian arca Amoghapasa dari Kertanegara kepada rakyat Dharmasraya sebagai tanda persahabatan.

    Arca itu melambangkan harapan akan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi masyarakat Malayu dan hubungan baik dengan Singhasari.

    Tokoh penting dari masa ini adalah Raja Srimat Tribhuwanaraja Mauliwarmadewa, yang disebut dalam prasasti sebagai penguasa Dharmasraya.

    Ia dianggap berhasil menjaga stabilitas politik dan hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan besar di sekitarnya.

    Peran Dharmasraya dalam Jalur Rempah Nusantara serta Pusat Kekuasaan dan Wilayah

    Dharmasraya diperkirakan berpusat di sepanjang Sungai Batanghari, yang merupakan jalur air penting yang menghubungkan wilayah pedalaman Sumatera dengan pesisir timur.

    Wilayah kekuasaan Dharmasraya meliputi sebagian besar Sumatera bagian tengah dan timur, termasuk wilayah Jambi, Riau, dan sebagian Sumatera Selatan.

    Sebagai kerajaan yang berbasis di jalur perdagangan, Dharmasraya memiliki keunggulan strategis, karena keberadaan Sungai Batanghari memungkinkan pengiriman barang dari pedalaman.

    Barang-barang berharga seperti: emas, kayu, damar, dan rotan ke wilayah pesisir untuk diperdagangkan ke luar wilayah Sumatera.

    Dharmasraya dengan letaknya yang strategis di tepi Sungai Batanghari, memainkan peran penting sebagai pusat perdagangan rempah-rempah di Nusantara.

    Wilayah ini menjadi jalur penghubung antara pedalaman Sumatera dengan pesisir timur, memungkinkan pertukaran budaya dan ekonomi yang signifikan.

    Kebudayaan dan Agama

    Sebagai penerus tradisi Malayu-Sriwijaya, Dharmasraya mewarisi kekayaan budaya yang luar biasa dengan Agama Buddha Mahayana menjadi kepercayaan utama.

    Seperti yang tercermin dalam arca-arca yang ditemukan di situs Padang Roco dan sekitarnya, namun ada juga pengaruh Hindu dan kepercayaan lokal yang hidup berdampingan.

    Seni ukir batu, arsitektur, dan sastra berkembang pesat pada masanya, seperti Arca Amoghapasa yang tersimpan di Museum Nasional Indonesia, adalah contoh mahakarya seni rupa dari masa Dharmasraya.

    Keberadaan candi-candi kecil dan prasasti menunjukkan tingginya nilai religius dan intelektual masyarakatnya.

    Selain itu, sistem pemerintahan dan hukum di Dharmasraya memperlihatkan kematangan, dimana Raja dianggap sebagai perwujudan kekuatan suci, dengan tugas utama menjaga keseimbangan kosmis.

    Baca Juga 7 Fakta Unik dan Menarik Seputar Kabupaten Dharmasraya

    Runtuhnya Kejayaan

    Seiring berjalannya waktu, kekuasaan Dharmasraya mulai melemah dengan munculnya kerajaan-kerajaan baru seperti Kerajaan Malaka di semenanjung dan meningkatnya pengaruh Majapahit di Jawa.

    Selain itu, jalur perdagangan beralih dari jalur sungai pedalaman ke jalur laut, menyebabkan Dharmasraya kehilangan posisi strategisnya.

    Perkembangan Islam di pesisir timur Sumatera pada abad ke-14 dan 15 juga mempercepat perubahan sosial dan politik di wilayah tersebut.

    Pada akhirnya, Dharmasraya perlahan hilang dari catatan sejarah, namun jejak-jejak kejayaannya tetap tertinggal dalam artefak, tradisi, dan memori kolektif masyarakat setempat.

    Warisan Kerajaan Malayu di Ranah Cati Nan Tigo

    Ranah Cati Nan Tigo adalah istilah adat yang merujuk pada kesatuan tiga wilayah penting di dataran tinggi Minangkabau pada masa lampau, yaitu Tanah Datar, Agam, dan Lima Puluh Kota.

    Ketiganya membentuk pusat pemerintahan adat dan budaya Minangkabau yang kemudian dikenal sebagai Luhak Nan Tigo.

    Dalam konteks sejarah Kerajaan Dharmasraya, Ranah Cati Nan Tigo memegang peranan penting sebagai bagian dari inti kekuasaan dan pusat peradaban Minangkabau awal.

    Pada masa Kerajaan Dharmasraya, wilayah ini menjadi pusat pemerintahan, pendidikan, dan penyebaran budaya.

    Bahkan, dalam berbagai naskah kuno dan tambo (sejarah lisan Minangkabau), disebutkan bahwa Ranah Cati Nan Tigo menjadi tempat bermusyawarah para pemimpin adat dan kerajaan dalam mengambil keputusan besar.

    Tradisi musyawarah mufakat, serta adat yang kuat di Minangkabau saat ini, berakar dari sistem pemerintahan yang telah dibangun sejak masa Kerajaan Dharmasraya.

    Sebutan Ranah Cati Nan Tigo memiliki makna mendalam dalam budaya Minangkabau, dimana istilah ini merujuk pada konsep musyawarah dan mufakat yang melibatkan tiga unsur penting dalam pemerintahan.

    Ketiga unsur penting tersebut adalah alim ulama, niniak mamak, dan cadiak pandai, yang mencerminkan sistem pemerintahan yang demokratis dan berbasis pada nilai-nilai kebersamaan.

    Dengan demikian, Ranah Cati Nan Tigo bukan hanya sekadar kawasan geografis, tetapi juga simbol penting lahirnya tatanan sosial, politik, dan budaya Minangkabau yang bertahan hingga kini.

    Warisan dan Relevansi Hari Ini

    Hari ini, sisa-sisa kejayaan Kerajaan Malayu Dharmasraya menjadi bagian penting dari identitas budaya Sumatera Barat dan Indonesia secara umum.

    Situs-situs bersejarah seperti Kompleks Candi Padang Roco, Candi Pulau Sawah, dan peninggalan arca Amoghapasa menjadi saksi bisu masa lalu yang gemilang.

    300*250

    Pemerintah daerah dan komunitas lokal berupaya melestarikan, baik melalui penelitian arkeologi, festival budaya, maupun pengembangan pariwisata sejarah.

    Bukan hanya soal mengenang masa lalu, tetapi juga memahami akar identitas bangsa dan membangun masa depan yang lebih berakar pada nilai-nilai budaya sendiri.

    Melalui jejak Dharmasraya, kita belajar tentang pentingnya diplomasi, keterbukaan terhadap pengaruh luar, dan kemampuan adaptasi sebagai kunci kejayaan.

    Kerajaan ini membuktikan bahwa di balik lebatnya hutan Sumatera, pernah berdiri sebuah peradaban besar yang mampu menjalin hubungan dengan dunia luar, menciptakan seni dan budaya yang agung.

    Editor: Nanda Bismar
    Share. Facebook Twitter WhatsApp Telegram LinkedIn Copy Link
    Novi Fani Rovika
    • Instagram

    Related Posts

    Eksplorasi 7 Cagar Alam Menakjubkan di Sumatera Barat

    May 19, 2025

    Mengenal 5 Spesies Satwa Liar Sumatera Barat yang Terancam Punah

    May 19, 2025

    6 Tari Tradisional Minang yang Dipercaya Mengandung Unsur Mistis

    May 19, 2025
    Add A Comment

    Comments are closed.

    Top Posts

    5 Rekomendasi Penginapan Nyaman Dibawah 200rb di Kota Padang

    May 20, 2025

    Danau Maninjau Pacu Biduak Open Race 2022

    December 1, 2022

    5 Things To Do in Mentawai Islands

    December 3, 2022

    5 Kebun Satwa di Sumatera Barat yang Wajib Kamu Kunjungi

    December 4, 2022

    6 Cafe Dengan Pemandangan Samudera Hindia di Kota Padang

    December 5, 2022

    Subscribe to Updates

    Get the latest tech news from FooBar about tech, design and biz.

    Search hotels and more...

    Destination

    Check-in date

    Wed 21 May 2025

    Check-out date

    Thu 22 May 2025
    Booking.com
    Most Popular

    5 Rekomendasi Penginapan Nyaman Dibawah 200rb di Kota Padang

    May 20, 2025

    Danau Maninjau Pacu Biduak Open Race 2022

    December 1, 2022

    5 Things To Do in Mentawai Islands

    December 3, 2022
    Our Picks

    5 Rekomendasi Penginapan Nyaman Dibawah 200rb di Kota Padang

    May 20, 2025

    Eksplorasi 7 Cagar Alam Menakjubkan di Sumatera Barat

    May 19, 2025

    Mengenal 5 Spesies Satwa Liar Sumatera Barat yang Terancam Punah

    May 19, 2025

    Subscribe to Updates

    Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

    Search hotels and more...

    Destination

    Check-in date

    Wed 21 May 2025

    Check-out date

    Thu 22 May 2025
    Booking.com
    Facebook X (Twitter) Instagram
    • About
    • Privacy Policy
    • Our Team
    © 2025 WestSumatra360.com. Designed by Hendri Simon.

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.

    Sign In or Register

    Welcome Back!

    Login to your account below.

    Lost password?